Minggu, 25 Desember 2016

Kuku Jempol Kaki Bebas dari Nanah dan Bau

Agak malu sebenarnya saya bercerita tentang ini. Seperti membongkar aib sendiri begitu. Tetapi, niat ingin berbagi pengalaman dan trik lebih memenangkan pertarungan (kok gini bahasanya, ya? He he). Ada satu lagi risiko tulisan ini, yaitu saya harus menyebutkan solusi yang bernada promosi. Kita lihat saja nanti.

Permasalahan kuku jempol saya yang berbau dan kadang bengkak memerah dan bernanah sudah lami sekali saya alami. Bertahun-tahun, mungkin. Awalnya tidak terlalu saya permasalahkan. Sempat juga saya merasa nggak pede dengan diri saya sendiri ketika tahun 2003 atau 2004 saya memperoleh pekerjaan meng-input data inventaris Pemkab Sumedang. Pekerjaan itu mengharuskan saya memakai sepatu seharian. Padahal sebelumnya, selepas kuliah, saya terbiasa memakai alas kaki non sepatu yang menutup rapat telapak kaki. Mulailah bau tak sedap yang berasal dari kuku jempol kaki saya meneror rasa percaya diri saya. Saya usahakan dengan berbagai cara untuk meredam bau itu, tapi sepertinya tidak berhasil dengan maksimal. Hingga kemudian saya tidak memikirkannya lagi.

Baru kemarin-kemarin, beberapa tahun--mungkin dua belas atau tiga belas tahun--setelah teror pertama, ketika saya akan mengikuti kegiatan semacam survival, barulah saya ngeh dengan kuku jempol kaki lagi. Ya, mulai tercium bau tak sedap dan ada bengkak merah di sisi luarnya. Saya membayangkan bagaimana jadinya kaki saya selama kegiatan itu. Terbayang oleh saya kaki yang terus terbungkus sepatu sepanjang hari, belum lagi dengan kemungkinan basah karena air sungai dan lainnya. Kekhawatiran itu membuat saya mencari-cari cara mengatasi masalah ini.

Ternaya banyak cara yang orang tawarkan. Ada yang berdasar pengalaman, ada yang karena ingin menjual produk, ada yang sekedar njiplak tulisan orang lain. Akhirnya, dengan pertimbangan kepraktisan, saya gunakan sejenis minyak urut tradisional yang sudah dikemas dalam botol. Minyak tersebut berbau khas. Kata isteri saya, baunya sangat akrab dengan bau yang tercium ketika dia melewati toko-toko milik Babah Tionghoa ketika dia bersekolah SLTA di Kota Sumedang dulu. Saya lihat juga di label luarnya tertera tulisan China. Ada gambar tawon atau lebah di label itu. Ya, orang menyebutnya Minyak Tawon. Padahal, dalam penjelasan bahan pembuatannya, tidak ada bahan yang berhubungan langsung dengan tawon.

Hasilnya? Dengan mengoleskannya--saya biasa lakukan menjelang tidur malam, karena tidak segera dibasuh dalam waktu cepat setelah pengolesan--beberapa kali, beberpa hari kemudian hilanglah rasa sakit, bengkak dan bau dari jempol kaki saya. AlhamduliLlaah. Tapi, ada satu yang sangat saya sesalkan. Meskipun kaki saya sudah sembuh, saya tidak bisa mengikuti kegiatan itu. Karena itu juga saya sempat marah bebebrapa hari kepada isteri saya. Saya menuduh dia sebagai penyebab batalnya saya mengikuti kegiatan yang menurut saya sangat penting itu. Meskipun akhirnya saya sadar, bukan sesederhana itu masalahnya. 

Lepas dari semua itu, kaki saya sembuh. Terimakasih yaa Rabb.

Awisurat, 25 Desember 2016/25 Rabii' al-Awwaal 1438
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar